27 Agustus 2009

BEGINILAH JALAN DAKWAH MENGAJARKAN KAMI (Oleh M. Lili Nur Aulia)

Untuk saudara-saudara kami di jalan dakwah , tulisan ini adalah catatan kecil dari perjalanan panjang kita. Agar kita lebih merasakan kesyukuran dan ketundukan kepada Allah SWT atas karunia-Nya kita berada dalam kebersamaan ini. Berbahagialah dan berbanggalah karena Allah telah memilih kita berada di jalan ini. Allah SWT telah mengistimewakan kita menerima nikmat berjama’ah dan ini adalah karunia terbaik yang kita terima setelah karunia keimanan kepada Allah SWT. Karunia yang tidak kita dapat karena nasab, status, harta maupun ilmu. Tapi ia semata-mata karunia Allah SWT Yang Maha Rahman, Yang menuntun langkah kita hingga sampai di sini, di jalan ini, pada detik ini. Allah SWT berfirman : Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS. Ali Imran : 103)

Nikmat ini tidak boleh direndahkan, diremehkan apalagi dipermainkan. Kita harus menjaga dan memelihara nikmat yang teramat agung ini. Dan kita wajib merasa khawatir andai nikmat itu hilang.

Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat di sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). “ (QS Ali Imran : 8)

Dari Sini Kami Memulai

Jalan Dakwah mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan dakwah. Kebersamaan dengan saudara-saudara di jalan ini semakin menegaskan bahwa kami harus hidup bersama mereka di jalan ini agar berhasil dalam hidup di dunia dan di akhirat “.

Mengapa Berada di Jalan Dakwah ?

Kami ingin seperti para pendahulu kami di jalan ini yang telah banyak memperoleh pahala dan keridhaan Allah karena peran-peran dakwahnya. Dan karena itulah, kami memang sangat membutuhkan jalan ini, sebagai penyangga kebahagiaan dunia dan akhirat kami. Tidak heran, jika para penyeru kebaikan, menjadi alasan turunnya limpahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Tak ada makhluk Allah yang dapat dukungan dan do’a seluruh makhluk-Nya kecuali mereka yang mengupayakan perbaikan dan berdakwah. Sebagaimana sabda Rasululllah SAW, “ Sesungguhnya Allah, para malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahka ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mnegajarkan kebaikan kepada manusia. “ (HR. Tirmidzi)

Allah SWT menjelaskan tiga kelompok manusia dalam masalah ini. Mereka adalah, kelompok penyeru dakwah yang salih, kelompok salihin tapi tidak menyerukan dakwah dan orang-orang yang mengingkari dakwah. Allah SWT berfirman : “ Dan (ingatlah) ketika suatu kaum di antara mereka berkata: “ Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “ Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa. “ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. “ (QS. Al A’raf 164-165)

Nash Al-Qur’an itu merupakan peringatan bagi kami. Bahwa meninggalkan peran dakwah, tidak pernah diterima apapun alasannya. Bahkan bisa jadi sikap tersebut menundang kemarahan Allah (Musafir fi Qithari ad Da’wah, Dr. Abdil Abdullah Al Laili, 195).

Ada pula hadits Rasulullah SAW yang lainnya, Abu Bakar RA mengatakan, “ Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya manusia jika mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak merubahnya, dikhawatirkan mereka akan diratakan oleh Allah SWT dengan azab-Nya”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Teman-Teman Pilihan

Hendaknya teman yang menemaninya dalam perjalanan itu adalah orang yang bisa membantunya dalam menjalankan prinsip agama, mengingatkannya tatkala lupa, membantu dan mendorongnya ketika ia tersadar. Sesungguhnya orang itu tergantung agama temannya. Dan seseorang tidak dikenal kecuali dengan melihat siapa temannya....” (Ihya ‘Ulumiddin, 2/202)

Kami dan Amal Jama’i

Realitas yang kami lihat sendiri bahwa manusia cenderung akan menjadi lemah ketika bekerja seorang diri.. Sebaliknya akan menjadi kuat dan berdaya ketika ia besama-sama dengan yang lain. Ada juga realitas lainnya, bahwa siapapun yang berusaha mewujudkan sesuatu, meskipun mereka telah ikhlas dalam melakukannya, tetapi tidak akan banyak memberi pengaruh untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan jika ia melakukannya sendirian. Kesendiriannya itu menyebabkan upaya yang mereka lakukan menjadi lemah dan minim efeknya.

Bekerja untuk Islam mutlak memerlukan sebuah organisasi, perlu adanya pimpinan yang bertanggung jawab, membutuhkan adanya pasukan dan anggota yang taat, harus memiliki peraturan mendasar yang mengikat dan menata hubungan antara pimpinan dan anggota, harus ada yang membatasi tangung jawab dan kewajiban, menjelaskan tujuan dan sarana serta semua yang diperlukan oleh suatu aktifitas dakwah dalam merealisasikan tujuannya. Dalam kebersamaan itulah kami menempuh jalan dakwah ini.

Perjalanan ini Mutlak Memerlukan Pemimpin

Hendaknya suatu perjalanan dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan teman-temannya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mungkin dimintakan persetujuannya untuk urusan penting. Seorang pemimpin dibutuhkan karena pandangannya yang beragam untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Alam ini menjadi teratur karena pengatur alam semesta ini adalah satu.” (Ihya Ulumiddin, 2/202)

Kami telah mempercayai para pemimpin itu sebagai pemandu perjalanan kami. Maka, setelah proses syuro berlangsung, apapun keputusannya, itulah yang akan kami pegang untuk dijalankan. Kami yakin, keputusan syuro itu tidak pernah keliru. Dan keputusan itu bersifat Multazam (Mengikat).

Meskipun mungkin saja akibat pelaksanaan satu keputusan syuro memunculkan situasi yang tidak maslahat. Tapi sebuah keputusan yang dilandasi dengan syuro tidak pernah salah. Itulah yang juga disampaikan kepada kami oleh Ustadz Sa’id Hawa rahimahullah, bahwa hasil syuro tidak pernah salah. Karena mekanisme itulah yang dijabarkan oleh Islam untuk menentukan langkah yang dianggap paling benar. Jika pada akhirnya, keputusan itu ternyata tidak memberikan kesudahan seperti yang diharapkan, maka proses syuro kembali yang akan menindaklanjuti kekeliruan itu.

Jalan ini, Miniatur Perjalanan Sesungguhnya

Kebersamaan kami bukan tanpa perselisihan. Boleh jadi ada di antara kami yang mengalami kesenjangan hubungan karena satu dan lain hal. Padahal, keharusan kami untuk bersama dan kemungkinan kami berselisih, adalah dua kutub yang saling berlawanan. Kebersamaan membutuhkan kesepakatan, kekompakan, kesesuaian, kedekatan dan keintiman. Sementara perselisihan bisa mengaktifkan kesenjangan, ketidaksukaan, kebencian, hingga keterpisahan.

Tiga Karakter Penempuh Perjalanan

Kelompok Zaalimun Li Nafsihi, adalah orang-orang yang lalai dalam memepersiapkan bekal perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang membuatnya sampai tujuan.

Kelompok Muqtashid, adalah mereka mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampai ke tujuan perjalanan. Mereka tidak memperhitungkan bekal apa yang harus dimilki dan mereka bawa jika ternyata mereka harus menghadapi situasi tertentu, yang menyulitkan perjalanannya.

Kelompok Saabiqun Bil Khairaat, yakni orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mereka membawa perbekalan dan barang dagangan lebih dari cukup karena mereka tahu hal itu akan memberi keuntungan besar baginya. Selain itu mereka juga tahu bahwa di tengah perjalanan ini, sangat mungkin mereka mengalami situasi sulit yang membutuhkan perbekalan tambahan. (Thariqul Hijratain, 236).

Begitu pentingnya, bekal ketaqwaan yang erat kaitannya dengan modal ruhiyah kami di jalan ini, maka setiap kali ketaqwaan kami melemah, pada saat itu intensitas dakwah kami menurun. Dan ketika tingkat ketaqwaan kami berkurang dari seharusnya, ketika itulah kami mengalami situasi futur (kelemahan) untuk meneruskan perjalanan ini. Seperti itulah pelajaran yang kami temukan dalam diri kami, dan juga saudara-saudara kami di jalan ini.

Ketika Kami Membangun Kebersamaan

Tak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.”

Menjadi Batu Bata dalam Bangunan ini

Kebersamaan kami di jalan ini adalah karena kehendak kami untuk ambil bagian dalam bangunan besar ini. Maka, sebagaimana proses membangun sebuah bangunan pada umumnya, tukang batu pasti akan memilah-milah batu bata mana yang akan ia tempatkan pada bangunannya. Tak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.

Batu Bata yang Unik dan Khas Jalan ini

Para sahabat dan salafus sholeh menerima dan mengejar kekhususan itu agar memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Di jalan dakwah ini, kami memiliki saluran yang amat banyak untuk mewujudkan kekhususan yang kami miliki dengan berkontribusi di jalan ini. Kami memetik hikmah dari perjalanan mereka, dan kami berharap semoga jalan dakwah ini bisa memproses kami hingga kami memiliki amal-amal unggulan yang menjadi keistimewaan kami di sisi Allah melalui jalan ini.

Untuk Menolong, Bukan Ditolong

Sesungguhnya di jalan inilah kami semakin mendalami makna kehidupan yang bersumber dari keberartian bagi orang lain. Kehidupan seseorang menjadi lebih berharga ketika ia mempunyai saham dan peran bagi orang lain. Dan kehidupan akan menjadi miskin makna dan rendah nilainya ketika hanya banyak bermanfaat bagi lingkup pribadi. Filosofi inilah yang menyebabkan kami menikmati kesibukan berpikir dan melakukan banyak aktifitas dakwah di antara kesibukan lain yang menyertai kami. Di sini, kami lebih merasakan pengaruh firman Allah “ Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia (Allah) menolong kalian dan mengokohkan pijakan kaki kalian.” (Muhammad 9)

Kebersamaan Kami Terikat Lima Hal

Pertama, Rabithatu al ‘aqidah (Ikatan Aqidah). Tali ikatan aqidah islamiyah yang menyatukan kami dengan jalan ini. Kesamaan imanlah yang menghimpun dan mengikat kami bersama saudara-saudara kami di sini.

Kedua, Rabithatu al fikrah (ikatan pemikiran). Sejak awal, kebersamaan kami di jalan ini memang dibangun oleh kesamaan cita-cita dan pemikiran. Kami disatukan oleh kesamaan ide, gagasan, keinginan dan cita-cita hidup yang kami yakini merupakan sarana yang bisa menyampaikan kami kepada keridhaan Allah SWT.

Ketiga, Rabithatu al ukhuwwah (ikatan persaudaraan). Tak ada yang melebihi warna jiwa kami setelah keimanan kepada Allah, kecuali suasana persaudaraan karena Allah SWT di jalan ini. Kami di jalan ini, terikat dengan ruh persaudaraan yang tulus. Ruh persaudaraan yang tersemai melalui kebersamaan kami berjalan dan memenuhi banyak tugas-tugas dakwah yang kami jalani. Kami berharap, persaudaraan kami di jalan ini adalah seperti yang digambarkan oleh Rasulullah, tentang golongan orang-orang yang dinaungi Allah di hari kiamat. Di mana salah satu golongan itu adalah : Orang yang saling bercinta karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah SWT.

Keempat, Rabithatu at tanzhim (ikatan organisasi). Perencanaan dan keteraturan langkah-langkah kami di jalan ini, sudah tentu menandakan kami harus pula memiliki sebuah organisasi yang mengatur kami. Dalam organisasi dakwah ini, berlakulah ketentuan sebagaimana orang yang bekerja di dalam sebuah perusahaan, dan harus terikat dengan ragam peraturan yang diberlakukan. Seperti itulah kebersamaan kami di jalan ini.

Kelima, Rabithatu al ‘ahd (ikatan janji). Dijalan ini, kami masing-masing telah mengikrarkan janji. Janji yang paling minimal adalah janji yang tercetus dalam hati kami, dalam diri kami sendiri, kepada Allah SWT. Atau bahkan, juga janji kepada saudara-saudara perjalanan untuk tetap setia dan mendukung perjuangan. Kami terikat dengan dua jenis janji itu.

Yang Melemahkan Ikatan dalam Amal Jama’i

Mengetahui sebab-sebab orang yang meninggalkan amal jama’i bukan perkara mudah. Terlebih bila yang bersangkutan tidak berterus terang tentang latar belakang sikapnya. Perlu pendekatan yang bertahap, sungguh-sungguh, hingga akhirnya bisa ditemukan penyebabnya dan dicarikan jalan keluarnya.

Dalam hal ini, tentu saja musharahah (keterusterangan) serta kejujuran menjadi penting bagi kami dan saudara-saudara kami. Sesungguhnya kepercayaan antara kami akan semakin terbentuk kuat dengan adanya keterusterangan ini. Dari keterusterangan, semua persoalan bisa dicari pangkal masalahnya.

Tsiqah, sebagai Maharnya

Jika kesatuan barisan umat ini dibangun dengan mempersatukan keyakinan, mempersatukan hati, mempersatukan niat, mempersatukan tujuan, dan mempersatukan manhaj (jalan hidup), yang semuanya mengacu pada Al Qur’an dan As Sunnah, maka kebangkitan dan kemenangan umat Islam akan semakin dekat kita raih.

Promosi Penempatan di Jalan Dakwah

Pertama, kami harus bertanya lebih dahulu kepada diri sendiri. Mengapa kami di sini? Untuk siapa amal yang kami lakukan? Dan apa yang kami kehendaki dengan amal ini? “ Barang siapa berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka orang itu berada di jalan Allah.”

Kedua, kami harus menunaikan tugas yang telah dibebankan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ketidakpuasan terhadap posisi tertentu membuat malas menunaikan tugas dan kewajiban.

Ketiga, kami harus membiasakan untuk menunjukkan keahlian dan memperkenalkannya dengan baik kepada pemimpin dan saudara-saudara di jalan ini. Tidak memendam pendapat yang menurut kami bermanfaat, meskipun pendapat pimpinan berbeda.

Keempat, terus terang kepada sesama saudara dan pimpinan tentang permasalahan yang ada kaitannya dengan dakwah dan mengusik. Garis lurus itu biasanya lebih dekat dengan kedua titik. Maka ketika kami mengeluarkan uneg-uneg, garis itu menjadi lurus dan membuat kami tenang. Di samping itu, permasalahan menjadi jelas bagi semuanya. Namun jika masalah itu dipendam, tentu kegundahan kian membesar dan bercabang sehingga syetan pun beraksi untuk membesarkannya lagi dengan godaan dan bisikannya. Kami jadi terbakar dari dalam. Lalu hal itu akan mengganggu keimanan dan kejiwaan kami.

Kelima, selalu berharap kepada Allah melalui doa dalam sholat, sujud dan waktu-waktu mulia agar dikaruniakan amal salih yang mendekatkan kita kepada-Nya. Juga agar Allah menuntun kita untuk melakukan kebaikan, kebenaran, dan merubah kami menjadi lebih baik. Agar kami diselamatkan dari fitnah kedudukan dan kepemimpinan di mana kami tidak mampu menunaikannya.

Perjalanan Beraroma Semerbak

Dalam hidup ini, setiap orang mempunyai kelompok dan jamaahnya sendiri-sendiri. Dan setiap kelompok mempunyai simbol dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang, jika tidak diikat dan dihimpun oleh al-haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan. “

Indahnya Kebersamaan di Jalan Dakwah

Boleh saja orang menganggap keterikatan kami di jalan ini, membawa kerugian materiil untuk kami. Itu karena mereka melihat, banyak energi yang kami kontribusikan untuk kepentingan perjuangan kami di jalan ini. Silahkan saja, jika ada orang yang memandang kami sebagai orang yang tak beruntung karena meluangkan banyak rentang waktu untuk kepentingan orang lain, sementara diri kami sendiri tampak belum mapan. Tapi sebenarmya, melalui jalan ini, kami justru mendapatkan suatu hal yang lain.

Kewajiban Memang Lebih Banyak dari Waktu

Kami mengerti, tanpa terget-target seperti ini dan tanpa evaluasi yang dilakukan bersama saudara-saudara kami di jalan ini, kami akan terbunuh oleh waktu luang yang kami miliki. Kami juga mengerti bahwa tanpa hambatan kegiatan dakwah yang kami dapatkan di jalan ini, waktu-waktu hidup kami menjadi lebih mungkin terisi dan disibukkan oleh urusan-urusan yang bathil. Karena itulah jalan dakwah telah menolong kami.

Agenda di jalan dakwah begitu banyak mengisi hari-hari kami. Sampai-sampai, tidak sedikit para penempuh jalan ini, yang merasakan kurangnya jumlah hari dalam satu pekan, disebabkan banyaknya kegiatan yang akan mereka lakukan. Di jalan dakwahlah kami lebih mengerti dan menghayati ungkapan Imam Hasan Al Banna rahimahulullah, “al waajibaat aktsaru minal awqaat”. Bahwa kewajiban itu lebih banyak ketimbang waktu yang tersedia.

Memetik Buah Manfaat dari Kelebihan Saudara

Maka, di jalan inilah kami lebih tajam membaca variasi kelebihan-kelebihan itu. Di jalan ini kami merasakan pantulan cermin dari keistimewaan itu, dan mencoba menghayati sabda Rasulullah SAW tentang pintu-pintu surga.

Atmosfir Kesalihan dari Saudara Shalih

Pertemuan kami dengan mereka, ternyata membawa pengaruh ruhaniyah yang begitu hebat. Kami bisa merasakan suplay energi ruhiyah yang besar saat kami bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Kami merasakan adanya suasana batin yang baru, yang mendorong dan memotivasi kami untuk lebih banyak melakukan amal-amal shalih. Perasaan itu, bahkan muncul tanpa mereka harus memberikan nasihat dan tausiyahnya untuk kami. Karena kami sudah biasa merasakan pengaruh aura keshalihan itu, sejak kami melihat, mendengar suara mereka. Sebagaimana Yunus bin Ubaid mengakui kenikmatan besar ketika melihat Al Hasan Al Bashri rahimahulullah. Ia mengatakan “Seseorang bila melihat kepada Al Hasan Al Bashri, akan menerima manfaat dari dirinya, meski orang itu tidak melihat Al Hasan Al Bashri beramal dan tidak melihat ia mengeluarkan ucapan apapun.” (Risalah Al Mustarsyidin, Abi Abdillah Al Haris Al Muhasibi, Hal.60).

Amal Shalih yang Tersembunyi

Pertama, tatkala dalam perkumpulan itu, satu sama lain saling menghiasi dan membenarkan.

Kedua, ketika dalam perkumpulan itu pembicaraan dan pergaulan antar mereka melebihi kebutuhan.

Ketiga, ketika pertemuan mereka menjadi keinginan syahwat dan kebiasaan yang justru menghalangi mereka dari tujuan yang diinginkan. (Al Fawa-id, 60).

Pemimpin yang adil, orang yang hatinya terkait dengan mesjid ketika ia sedang berada di luar masjid sampai ia kembali ke masjid, dua orang yang saling mencinta karena Allah bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, orang yang berdzikir kepada Allah dalam kondisi seorang diri hingga kedua air matanya menangis, orang-orang yang dipanggil oleh seseorang wanita kaya dan cantik tapi orang tersebut mengatakan: “ Sesungguhnya aku takut kepada Allah rabbul ‘Alamiin”, dan orang yang bersedekah tapi ia menyembunyikan amalnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. (HR Bukhari Muslim).

Amal Shalih Harus Tetap Ditampilkan

Pertama, amal-amal shalih yang diperintahkan Allah swt tidak boleh terhalang karena kekhawatiran riya. Allah swt tetap memerintahkan amal salih itu tetap dilakukan, dengan tetap berupaya ikhlas saat melakukannya.

Kedua, prinsip yang dipegang para salafushalih, adalah penilaian atas yang lahir, tidak menghukumi yang tidak terlihat. Seperti perkataan Umar bin Khattab ra, “Barang siapa yang kami lihat ia melakukan kebaikan, maka ia akan kami sukai. Dan barang siapa yang kami lihat ia melakukan keburukan, kami benci. Meskipun ia mengatakan bahwa dibalik yang lahir itu adalah kebaikan.”

Ketiga, keraguan menampilkan dan melakukan amal-amal shalih karena riya, akan menambah tekanan bagi orang-orang yang melakukan amal shalih.

Keempat, tuduhan dan anggapan bahwa kebaikan adalah riya, adalah perilaku orang-orang munafiq.

Membina Orang Lain Sama dengan Diri Sendiri

Tapi di sisi lain, ternyata interaksi kami dalam jalan dakwah dan upaya kami mengkader serta membina para objek dakwah, mengharuskan kami untuk terus bercermin dan berhati-hati. Kami tidak boleh ceroboh dan mudah melemah. Karena kami tahu dan semakin menyadari bahwa keberhasilan dakwah selalu merupakan turunan dari adanya qudwah dalam kaderisasi dakwah yang kami jalankan. Pelajaran ini bukan hanya kami pelajari dari teori “An naas ‘alaa diini muluukihim” (manusia itu tergantung agama rajanya), tapi kami rasakan langsung dalam aktifitas dakwah dan pembinaan. Maka dari sinilah kami memperoleh pelajaran besar dari keberadaan kami di jalan dakwah. Mendakwahkan orang lain, pada dasarnya adalah mendakwahkan diri sendiri. Menasehati orang lain adalah pada dasarnya menasehati diri sendiri. Membina orang lain di jalan ini, sama dengan membina diri sendiri.

Berpikir Negatif Melemahkan dan Menghancurkan Semangat

Kami berusaha membicarakan yang baik-baik tentang saudara-saudara kami. Dan berupaya meminimalisir pembicaraan tentang aspek negatif tentang saudara-saudara kami. Sebagaimana ribuan halaman dan ratusan jilid kitab para ulama yang menceritakan kehidupan para sahabat Rasulullah saw serta salafushalih, yang sangat sedikit menceritakan sisi negatif kehidupan mereka, kecuali dalam konteks memberi ibrah dan pelajaran berharga. Para salafushalih, sangat jarang membicarakan kekurangan sahabat dan orang-orang yang mereka kenal. Tentu bukan karena mereka adalah orang-orang suci yang tidak mempunyai catatan negatif, tapi seperti itulah salah satu wujud persaudaraan para salafushalih. Dan karena sikap mereka itulah, yang memompa keyakinan kami serta mendorong semangat dakwah kami.

Ketika Melewati Jalan Mendaki

Begitulah, jalan dakwah ini mengajarkan bahwa sebaiknya kami melihat kepada diri kami terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan.

Mengkaji yang Tersirat dari yang Tersurat

Tapi, pelajaran dakwah ini mengajarkan kami, bahwa langkah pertama yang kami lakukan saat kami mendapatkan situasi yang tidak kondusif dalam kebersamaan ini adalah, memeriksa diri kami terlebih dahulu. Kami tidak mensakralkan kelompok tertentu, atau individu tertentu, tapi kami juga tidak terbiasa meratakan kesalahan atas seluruh kelompok anggota tertentu. Tidak semua individu dalam satu kelompok harus bertanggung jawab atas kekeliruan beberapa individu dalam kelompok tersebut, meskipun kelompok yang keliru itu adalah termasuk jajaran pimpinan di dalamnya. Kami tidak berdiri di atas prinsip “pemimpin selalu benar”. Maka, disaat kami atau ada saudara-saudara kami merasakan kekecewaan bahkan kebencian karena perilaku saudara-saudaranya yang lain di jalan ini, hendaknya tidak menggeneralisir kekeliruan itu pada seluruh individu dalam perjalanan ini. Tidak semua mereka melakukan kesalahan, karena mungkin sekali itu adalah kesalahan individu yang bisa dihitung oleh jari tangan. Dan itu jugalah yang terjadi di zaman sahabat radiyallahu anhu. Kesalahan individu mereka juga tidak melepaskan kehormatan dan kemuliaan generasi sahabat secara keseluruhan yang penuh dengan kebaikan bahkan menjadi simbol keutamaan generasi yang terbaik.

Begitulah, jalan dakwah ini menhajarkan kami sebaiknya kami melihat kepada diri kami terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan. Dan jika keburukan yang kami duga itu benar, maka kami harus menempuh mekanisme penyampaian nasihat dengan baik dan benar. Dengan memilih kalimat yang baik, memilih waktu dan tempat yang tepat, menampakkan rasa cinta dan keikhlasan yang tulus, dan semacamnya.

Antara Objektivitas dan Sakralisme

Menghadapi kemungkaran yang terjadi dalam sebuah organisasi dakwah harus dilakukan secara bertahap, terprogram dan diteliti permasalahannya. Bukan dengan mengembangkan wacana untuk meninggalkan organisasi dakwah yang sebenarnya kami yakin bahwa organisasi itu merupakan jalan kebenaran. Jalan kebenaran tidak boleh kami tinggalkan dengan alasan adanya personil yang tidak sejalan dengan misi kebenaran itu. Karena kami menyimpulkan bahwa lari dari kewajiban meluruskan dan memperbaiki, dengan meninggalkan jamaah dakwah, itu sama sekali tidak memberi maslahat untuk mengusir kerusakan yang ada. Situasinya mirip dengan seseorang dokter yang lari meninggalkan tugas mulianya mengobati pasien yang sedang sakit.

Kesalahan adalah Resiko sebuah Aktivitas

Kesalahan substansial justru terjadi ketika seorang dai mundur dari aktivitas dakwah dan berdiam diri dengan alasan memelihara diri agar tidak menyeleweng dari ajaran Allah. Padahal sebenarnya kemunduran dan diamnya adalah kesalahan dan penyelewengan dari ajaran Allah SWT. Tentu saja kekeliruan itu tetap kami sikapi secara benar. Dalam arti, kekeliruan seorang saudara harus diluruskan dengan adab dan cara-cara yang baik. Dengan tujuan baik, metode yang baik, obkjektivitas dan dengan kelapangan dada di antara kami (penasehat maupun yang dinasehati).

Mundur dari Dakwah, Mungkinkah???

Jika olahragawan bisa mengalami masa pensiun karena usianya yang renta dan kekuatan fisiknya yang melemah. Jika seorang pegawai akhirnya menemui saat pensiun karena usianya telah melewati batas ketentuan umum kepegawaian. Jika seorang artis harus meninggalkan pentas karena keterampilan dan keindahan aktingnya telah digerogoti usianya. Tapi para juru dakwah, tidak mengenal kamus pensiun dan berhenti dari panggung dakwahnya. Kami dan saudara kami di jalan ini tidak mengetahui ada kondisi yang mengharuskan kami mundur dari gelanggang dakwah karena faktor usia, kemampuan fisik yang menurun, pikiran yang sulit difungsikan secara maksimal, atau bahkan karena kondisi eksternal yang memaksa kami untuk mundur. Singkatnya, kondisi apapun tidak akan menyebabkan kami ‘uzlah atau pergi meninggalkan jalan ini.

Nasihat adalah Tiang Penyangga

Nasihat, kritik, teguran, aspirasi, benar-benar kami perlukan di jalan ini. Siapapun kami. Kami tidak membayangkan andai perjalanan ini berlalu tanpa ada teguran, nasihat, kritik, yang sampai kepada kami. Sesungguhnya mendegarkan nasihat, teguran, maupun kritik itu adalah pahit. Tapi keberadaannya seperti seseorang memakan obat yang tidak enak. Sedangkan manfaatnya adalah pelurusan dan keinsyafan. Sesungguhnya hak yang wajib ditunaikan dari persaudaraan adalah bersungguh-sungguh menyampaikan nasihat dan saling melarang yang tidak baik untuk memelihara kebenaran di antara dua saudara.

Demikianlah, keterpeliharaan persaudaraan kami justru ditopang oleh nasihat. Jika kami mengabaikan nasihat, persaudaraan kami justru akan mudah hancur. Kami di jalan ini, harus berusaha lapang menerima kritikan, masukan, nasihat, dari sesama saudara. Dan kami di jalan ini, juga harus mampu menyampaikan nasihat, kritikan, masukan dengan adab-adabnya untuk saudara-saudara kami.

Kesejukan yang Meringankan Langkah

Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kami merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah swt.

Saling berdo’a di antara sepi

Jalan dakwah membawa kami tiba di sebuah komunitas do’a. Perkumpulan orang-orang beriman yang saling mendo’akan. Di mana kami mendo’akan saudara-saudara kami. Kemudian saudara-saudara kami pun mendo’akan kami. Inilah persekutuan do’a yang luar biasa, karena kami semua memerlukan do’a dari siapapun, terlebih orang-orang beriman dan shalihin. Kami yakin dengan firman Allah swt. “ Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya (QS Asy Syu’ara : 26).

Keberkesanan Membaca Sirah Orang-orang Shalih

Keterpengaruhan ini sesungguhnya sulit dirasakan oleh mereka yang tidak berada di jalan dakwah. Di antara kami, ada yang sungguh-sungguh tenggelam dalam alur perjuangan mereka sehingga memotivasi kami secara kuat untuk terus berjalan dan melanjutkan perjuangan mereka di atas jalan dakwah. Kami merasakan bahwa apa yang kami alami, adalah bagian dari mata rantai perjuangan yang juga mereka perjuangkan. Jengkal demi jengkal langkah kami, seperti bagian dari perjalanan panjang para pejuang itu hingga menjadikan kami kuat dan bertahan untuk melanjutkan perjalanan.

Kesulitan yang Menambah Kekuatan

Imam Hasan Al banna menjelaskan tentang karakteristik pejuang dakwah adalah orang-orang yang tidak tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar rahangnya dan menunaikan waktunya dalam senda gurau permainan yang sia-sia. Jika itu yang terjadi, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang atau orang-orang yang tercatat sebagai barisan mujahidin. Aku bisa menggambarkan karakter seorang mujahid adalah orang yang telah menyiapkan perbekalan dan persiapannya, yang selalu memikirkan terhadap dakwah yang ada di setiap sudut jiwanya, dan memenuhi relung hatinya. Ia selalu dalam kondisi berfikir, sangat perhatian untuk berdiri di atas kaki yang siap sedia. Jika diseru ia menjawab atau jika dipanggil ia memenuhi panggilan. Langkahnya, ruhnya, bicaranya, kesungguhannya, permainannya selalu berada dalam lingkup medan dakwah yang ia persiapkan dirinya untuk itu.

Bangga dengan Amal Shalih

Kami memperhatikan sabda Rasulullah saw yang memuji kehadiran orang-orang aneh. “Pada awalnya Islam datang sebagai sesuatu yang aneh dan akan kembali menjadi sesuatu yang aneh . Maka beruntunglah orang-orang yang aneh (al ghuraba). “ Para sahabat bertanya, “Siapakah orang-orang aneh itu, wahai Rasulullah?” Ia menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia berada di dalam kerusakan.” (HR. Muslim).

Menjadi hiduplah nasihat Ustadz Mushtafa Mahsyur dalam jiwa kami. “Jika anda ragu bekerja karena gentar menghadapi kritikan, pasti anda tidak akan bisa bekerja selama-lamanya. Tetapi kerjakanlah apa yang anda yakini kebenarannya, jelas kegunaannya, diridhai oleh Rabbmu dan terpuji di kalangan para ulama yang ikhlas, meskipun anda dibenci dan dimaki sepanjang hidupmu oleh para pendengki, tetapi di antara mereka pasti ada yang senang kepada anda setelah anda meninggal dunia (Mushtafa As Siba’i, Hakadzaa allamatni al hayaah).

Potensi Besar yang Tersingkap di Jalan Ini

Berapa banyak di antara kami, yang sebelumnya merupakan pribadi yang tak menghargai diri dan tidak mengenal potensi dirinya, tapi kemudian di jalan ini kami menemukan perkembangan potensi diri yang lain, yang sangat kami syukuri. Kedekatan kepada Allah di jalan ini telah membuka saluran-saluran amal dan kontribusi kebaikan yang begitu banyak, lalu membuka kesempatan kami melakukan kebaikan apapun sesuai potensi yang ada. Kami tidak membayangkan, apa jadinya kami bila tidak berada di jalan ini.

Bergerak Karena Diri Sendiri Bukan Orang Lain

Tidak, Kami adalah da’i yang telah memilih jalan dakwah ini sebagai pijakan kaki kami. Sosok figur mungkin saja mempesona kami untuk lebih giat melakukan banyak kontribusi di jalan ini. Tapi bukan itu yang dominan dalam hati kami. Sosok figur juga bisa melakukan kesalahan, dan kesalahan itu juga tidak membuat kami tertahan atau meninggalkan jalan ini. Karena kami telah memilih untuk melangkah di atas kaki kami sendiri, di atas pemahaman dan keyakinan lubuk hati kami sendiri. Ya, sekali lagi, karena kami sendiri yang telah memilih jalan ini.

Peristirahatan, Bernama Terminal Canda

Menempuh perjalanan dakwah, meninggalkan pelajaran pada kami tentang kebutuhan jiwa untuk beristirahat dan tertawa, namun tetap pada porsi dan batasan etikanya. Pertemuan kami dengan sesama saudara di jalan ini, hampir selalu diwarnai dengan senyum dan tertawa. Meskipun begitu, pembahasan yang memerlukan keseriusan berpikir dan ketegasan berpendapat, tidak terganggu oleh dinamika canda dan tertawa kami. Kami merasakan, canda-canda yang berkembang di antara kami bisa memberi energi baru yang mencerahkan jiwa dan pikiran. Bahkan bisa juga berfungsi untuk menghilangkan kebekuan, mencairkan hubungan, mendekatkan kembali ikatan batin yang mungkin saja mulai ternoda oleh debu perjalanan. Senyum dan tertawa, memberikan kesejukan tersendiri dalam ruang kebersamaan kami di jalan ini.

Kami ingin senyum dan tawa dalam kebersamaan ini seperti yang dikatakan Ibnu Umar ra tentang sahabat Rasulullah saw. Ketika ia ditanya, “Apakah para sahabat Rasulullah itu tertawa?” Ibnu Umar menjawab, “Ya, mereka tertawa, tapi keimanan dalam hati mereka laksana gunung yang kokoh.”

Perjalanan ini Tidak Boleh Terhenti

Setelah kesulitan melakukan amar ma’ruf dan nahyul mungkar. Setelah menumpahkan segenap upaya, kesabaran dan lipatan kesabaran. Kami harus tetap bertahan dan meneruskan perjalanan ini. Kami tidak boleh tergelincir akibat orang-orang yang tergelincir dari jalan ini. Kami tidak boleh tertipu dengan kekuatan kebatilan, karena kebenaran akan tetap eksis. Jalan ini menunjukkan fakta kepada kami, bahwa perjalanan bersama kebatilan hanya bergulir satu masa. Sementara perjalanan bersama kebenaran itu akan berlangsung hingga akhir masa.

Tidakkah kalian perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Akarnya teguh, dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat” (QS Ibrahim :25)



Wallahua’lam Bish Showaf

Oleh: M. Lili Nur Aulia

26 Agustus 2009

LOWONGAN DI AKHIRAT

Sebuah lowongan istimewa telah dipersiapkan sebelum alam ini diciptakan. Lowongan ini terbuka bagi semua orang tanpa pengecualian, tanpa melihat pengalaman kerja, tanpa ijazah, tanpa koneksi. Lowongan ini terbuka bagi semua pengangguran maupun yang sedang bekerja dengan latar belakang apapun, baik direktur, gubernur, tukang becak, perampok, koruptor, pembunuh, pendeta, kyai, para dermawan, dll. Setiap pelamar dijamin pasti diterima di salah satu posisi yang disediakan, bahkan yang tidak melamar sekalipun pasti diterima !


LOWONGAN DISEDIAKAN UNTUK 2 POSISI :
A. Penghuni Syurga
B. Penghuni Neraka

UNTUK POSISI A DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI SBB :

Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi, kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor, berupa :
1. Nikmat kubur.
2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.

Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dunia. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (HR Muslim). Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah ‘merasakan’ ridha Allah dan kesempatan merasakan ‘wajah’ Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia, yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

UNTUK POSISI B DIPASTIKAN AKAN MENIKMATI BERAGAM KESEMPATAN DIBAWAH INI

Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbuka dengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun akan merasa lega.
Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat. Para pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera mati kalau dibakar, karena tubuh kita akan dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng). Rasulullah saw bersabda, “Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunung Uhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan” (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Neraka dipegang oleh tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh ribu malaikat” M(HR Muslim). Rasulullah saw bersabda, “Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan” (Abu Daud, Ibn Hanbal).

Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isi perut, minuman yang mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.

Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan tahun, yaitu :

1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan ‘hidup’ dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.
2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawat padanya.

SYARAT-SYARAT PELAMAR

- Tidak diperlukan ijazah
- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.
- Tidak perlu bawa harta
- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau
seksi.
Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri.

WAKTU WAWANCARA :

Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda. Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya bila jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur,maka jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu (hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal). Perlu diketahui jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam kandungan ibu.

Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu.


LOKASI DAN LAMA WAWANCARA

Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapa menit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya.
Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun. Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit harta untuk diminta pertanggungjawabannya (karena sebutir nasi yang Anda buang akan diminta pertanggungjawabannya).

PEWAWANCARA:

Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.
Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari Kemudian

WAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :

1. Siapa Tuhanmu ?
2. Apa agamamu ?
3. Siapa nabimu?
4. Apa kitabmu?
5. Dimana kiblatmu ?
6. Siapa saudaramu?
Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapal dari sekarang karena keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya.


CARA MELAMAR:

Sekalilagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlu melamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadi sebentar lagi).


BENARKAH LOWONGAN INI ?

Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam ini yang tidak mampu kita ketahui, apalagi mengenai akhirat.
Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan” ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari)

Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depan trompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat.

MAU MELAMAR KE POSISI B ?
Mudah saja, hiduplah sesuka anda...


sumber: http://my.opera.com/rukawa1/blog/show.dml/3287800

Puasa Itu "Luar Biasa"

Terkadang kita baru merasakan nikmatnya suatu nikmat yang diberikan Allah ketika nikmat itu telah pergi dan berlalu dari kita


Untuk menikmati bahwa "Puasa Itu Luar biasa", coba rasakan dan ingat-ingat kembali secara cermat setiap mau memasuki bulan puasa, dapatkan maknanya bahwa betapa besar nikmat untuk melaksanakan ibadah saum sebulan penuh di bulan romadhon.

Perjalanan hari-hari amal di bulan puasa itu seakan-akan sangat dekat sekali dengan Allah, sepertinya hanya untuk Allah. Semua amal perbuatan orang mukmin terasa bermakna ibadah, seolah-olah amalannya penuh keikhlasan. Puasa sepertinya mengajarkan bekal ibadah ikhlas yang menjadi landasan semua amal kemuliaan.

Rasulullah Saw. dalam meriwayatkan Hadis Qudsi menyatakan, bahwa Allah Swt. berfirman:"Semua amal perbuatan Bani Adam menyangkut dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan karena itu Akulah yang langsung membalasnya.

Puasa itu ibarat perisai. Pada hari melaksanakan puasa, janganlah orang yang berpuasa mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan, dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut hingar bingar bertengkar. Jika di antara kalian memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya mengatakan kepadanya:"Saya sedang berpuasa".

Selanjutnya Nabi Saw. bersabda: "Demi Allah yang diri Muhammad di dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari bau minyak kesturi". Dan bagi orang yang berpuasa tersedia dua kegembiraan, gembira ketika berbuka puasa karena bukanya, dan gembira ketika kelak menemui Rabb-Nya karena menerima pahala puasanya (HR Syaikhani, Nasa'i, dan Ibnu Hibban yang bersumber dari Abu Hurairah).

Apakah ada orang berpuasa terjadi riya' atau pamer,?. Orang lapar sepertinya tidak pantas dipamerkan. Riya’ itu terjadi terhadap sesama manusia, sedangkan puasa itu ibadah di dalam Qolbu. Semua perbuatannya tidak dinilai dari gerakan-gerakannya. Puasa betul-betul ibadah yang tidak diketahui oleh orang lain. Allah sendirilah yang mengetahui ukuran pahala puasa dan penggandaan upahnya. Adapun ibadat-ibadat lainnya dapat diketahui oleh sebagian orang. Allah berfirman:"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku memberi balasan atasnya" sehingga puasa itu ibadat yang paling disukai oleh-Nya. Bagi orang mukmin bulan puasa itu bulan yang begitu Istimewa.

Rasullullah Saw pernah memberi pelajaran kepada umatnya :” Puasa yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata-mata akan bernilai sepuluh kebajikan. Orang yang puasa di bulan Ramadhan dan diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawwal (ctt:setelah bulan Ramadhan) dinilai sama dengan puasa sepanjang tahun, yaitu tiga puluh hari kali sepuluh sama dengan tiga ratus, ditambah dengan enam kali sepuluh, sama dengan enam puluh. Berarti jumlah semuanya adalah 360 hari menurut kalender syamsiah (matahari).

"Satu kebajikan (dibalas) menjadi sepuluh kali lipat sedangkan kejahatan dibalas seimbang dengan dosanya atau Kuampuni sama sekali meskipun dia menghadap Aku dengan kesalahan-kesalahan hampir sebesar Bumi. Barangsiapa merencanakan hendak melaksanakan suatu kebaikan, tetapi belum dikerjakan, akan dicatat (oleh Malaikat) baginya suatu kebajikan.Dan barangsiapa merencanakan hendak melakukan satu kejahatan tapi belum dikerjakannya, tidaklah dicatatkan baginya sedikit pun (yang dianggap sebagai doa). Dan barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Dan barangsiapa yang mendekatkan dirinya kepada-Ku sehasta, akau akan mendekat kepadanya sedepa (HR Thabrani yang bersumber dari Abu Dzar).

Perangkat utama dari keikhlasan adalah niat sehingga nabi mengingatkan benar tentang niat puasa ini? "Barangsiapa yang tidak menetapkan akan berpuasa sebelum fajar, maka tiada sah puasanya".(HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah). Daruqutni meriwayatkannya dengan redaksi yang berbeda: "Tidak sah puasanya bagi orang yang tidak menetapkannya dari malam harinya".

"Umatku dikarunia lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun yang sebelum mereka. Pertama, apabila malam pertama dari bulan Ramadhan tiba, maka Allah memandang mereka dengan belas kasih, dan barangsiapa yang dipandang Allah dengan belas kasih, maka Dia tidak akan mengazabnya sesudah itu buat selama-lamanya. Kedua, Allah Ta'ala menyuruh para Malaikat memohonkan ampun untuk mereka. Ketiga, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi. Keempat, Allah Ta'ala berkata kepada surga,'Berbahagialah hamba-hamba-Ku yang beriman, mereka adalah kekasih-kekasih-Ku. Dan kelima, Allah Ta'ala mengampuni mereka semua".(Al-Hadist).

Duri-duri di Bulan Suci

Hadist Nabi yang menggambarkan keistimewaan bulan Ramadhan, seperti dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka dan terbelenggunya para setan, seharusnya tidak hanya ditafsirkan secara tekstual melainkan dengan konteks yang diinginkan teks hadist itu. Dinyatakan bahwa di bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, maksudnya adalah di bulan ini banyak lahan amal ibadah yang sengaja Allah sediakan agar dapat digarap setiap muslim untuk meningkatkan kualitas keimanan dan keislaman.

Sedangkan pernyataan bahwa pintu-pintu neraka ditutup, maksudnya adalah banyak hal di bulan suci ini yang dapat menghalangi seorang muslim untuk berbuat maksiat. Oleh karena itu, hadist itu ditambah dengan pernyataan bahwa setanpun ikut terbelenggu. Ini adalah kiasan, yang artinya adalah; setan akan sangat kesulitan untuk menggoda muslim ketika sedang berpuasa di bulan suci.

Akan tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan seorang muslim tetap terjaga dari godaan setan. Setan akan terus menggoda manusia dengan berbagai macam cara termasuk dengan situasi dan kondisi sehari-hari pada bulan puasa itu. Walaupun mungkin tidak sampai membuat puasa batal secara hukum, akan tetapi nilai-nilai esensi yang terkandung dalam puasa akan hilang sehingga puasanya menjadi sia-sia. Demikianlah seperti yang disabdakan oleh Nabi: “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa selain lapar, dan berapa banyak orang sholat di tengah malam tidak mendapatkan apa-apa selain begadang” (HR. Nasa’i).

Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan bahwa tidak semua orang yang menjalankan ibadah puasa akan mendapat apa yang dijanjikan secara sempurna. Semua tergantung dari sejauh mana manusia menunaikan hak-hak puasa itu. Ada yang mampu menjalankan ibadah puasa dengan sempurna, ia tidak hanya mampu menjaga diri dari segala yang membatalkan dan yang dapat merusak puasa, melainkan ia mampu memakmurkannya dengan berbagai macam kebajikan.

Namun, lebih banyak lagi yang menyia-nyiakan hari-hari di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan dijadikan sebagai bulan makan-makan dan tidur di siang harinya. Sehingga menyelisihi hikmah disyariatkannya puasa. Tiada aktivitas di siang hari selain menunggu datangnya berbuka. Tidur, bermain atau menghibur diri (kendati dengan perkara mubah) agar waktu serasa cepat berlalu dan waktu berbuka cepat datang. Ia justru tidak memanfaatkan Ramadhan sebagai bulan amal, menambah pahala dan sarana merenungi dosa-dosa yang telah dilakukan sebelumnya.

Ada pula sebagian orang - bahkan mungkin kebanyakan orang – yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum pemborosan. Aneka ragam makanan diborong untuk dijadikan bahan berbuka puasa, porsi makan pun berlipat, seakan ingin jatah makan siang diambil pula untuk malam harinya. Demikianlah kiranya ironi orang yang berpuasa, namun tidak benar-benar berpuasa sehingga tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan haus.

Semoga bermanfaat.

Referensi :
1. http://rumaljawi.blogspot.com/
2. http://alrasikh.wordpress.com/

sumber: http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=553

Teman Sejati

Alangkah senangnya jika kita mempunyai teman yang setia di segala keadaan, baik di saat suka maupun di saat duka. Alangkah senangnya jika kita dapat berbagi apa yang kita rasakan. Alangkah senangnya jika ada orang yang mengerti kita. Dan itulah gunanya seorang teman.

Sebelumnya marilah kita merenung sejenak. Kita menginginkan mempunyai teman yang setia, yang dapat berbagi dengan kita, yang mengerti kita… Namun pertanyaannya, apakah kita sudah menjadi seperti itu?

Apakah kita sudah menjadi teman yang setia di segala keadaan? Sudahkah kita memberikan yang terbaik untuk teman kita? Maukah kita mengerti teman-teman kita?

Mari kita renungkan. Siapa yang akan memulai semua itu kalau bukan kita? Orang lainkah? Haruskah kita menunggu orang itu, jika kita dapat melakukannya?

Ingin mempunyai teman yang setia? Jadilah teman yang setia terlebih dahulu bagi teman anda. Ingin mempunyai teman yang mengerti anda? Jadilah teman yang mengerti mereka terlebih dahulu.

Jika dapat kita lakukan hari ini, lalu mengapa harus besok? Seorang teman sejati sulit dicari. Maka jadilah teman sejati bagi temanmu, maka kamu akan menemukan teman sejati itu.

Seorang teman sejati takkan lenyap karena waktu, takkan lenyap karena jarak, takkan lenyap walau kita berubah. Teman sejati selalu setia dan melakukan semua untuk kebaikan kita. Alangkah senangnya mempunyai teman seperti itu.

Apakah kita hanya mau menerima itu? Lantas siapa yang memberi jika semua orang berpikir seperti itu? Alangkah baiknya dan sudah seharusnya bagi kita untuk memberi.

Mungkin kita terpisah oleh ribuan mil lautan. Apa yang dapat kita lakukan bagi teman kita? Berdoalah bagi mereka.

Jadilah seorang teman sejati, maka kamu akan mendapatkan teman sejatimu.

25 Agustus 2009

Perkenalkan! Kami ini Muslim!!!

Islam adalah nama agama kami. Artinya adalah "selamat" atau "tunduk patuh". Kami telah bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah semata. Anda tidak tahu ilah? Ilah adalah sesuatu yang diharapkan, ditakuti, dicintai, dan dipatuhi oleh manusia. Itulah pernyataan loyalitas yang kami ulang sedikitnya sembilan kali dalam sehari semalam.

Kami adalah manusia yang merdeka. Merdeka dari desakan hawa nafsu. Tidak mudah, tapi kami selalu berusaha untuk tetap loyal pada satu-satunya ilah kami. Kami bukan termasuk orang-orang yang tunduk pada keinginannya pribadi. Kami juga tidak tunduk pada godaan kesenangan badani belaka. Kami merdeka karena tunduk pada Allah semata.

Bagi kami, tidak ada yang absolut kecuali Allah. Kami tidak mengutak-atik Kitab Suci kami, bahkan tidak berani sekedar untuk menambah satu kata atau huruf baru ke dalamnya. Kami tidak berani untuk berpikir bahwa kami lebih tahu urusan kami sendiri. Ada Yang Maha Tahu yang akan menyelesaikan segala urusan kami. Kami berani di hadapan manusia dan takut di hadapan Allah, lantang di hadapan diktator dan menyerah tanpa syarat di hadapan Allah. Jangan bingung. Ini hanya masalah menempatkan diri pada kedudukannya yang benar.

Kami ini Muslim.

Anda tahu siapa kami? Kami adalah umat yang selalu menimbulkan rasa cemas kepada mereka yang diliputi dengki. Kami menyuruh putri-putri kami berhijab, dan hal itu membuat semua orang khawatir. Padahal mereka tidak ragu melepas putri-putri mereka dengan pakaian minim hingga larut malam. Ah, mereka hanya takut, karena kaum perempuan Muslim hidupnya lebih menyenangkan. Mereka takut semua perempuan akan mengikuti jejak putri-putri kami.

Agama kami memang tidak pernah menyelisihi fitrah. Semuanya sesuai dengan karakter dasar manusia. Mereka menutup aurat bukan karena terpaksa, melainkan karena memang demikianlah yang baik bagi mereka. Tanyakanlah pada putri-putrimu, bukankah hari-hari mereka dilalui dengan penuh kekhawatiran karena mata lelaki yang selalu sigap menangkap apa-apa yang sesuai dengan syahwatnya? Tanyakanlah pada kaum perempuanmu, bukankah hidup mereka penuh dengan penyesalan karena selalu disusahkan oleh para pria hidung belang? Ah, tidak perlu dijawab. Kami sudah tahu jawaban jujurnya.

Jangan heran jika kami enggan menyentuh minuman beralkohol, karena Allah memang tidak menghendaki hamba-hamba-Nya melakukan perbuatan-perbuatan yang bodoh seperti lazimnya orang mabuk. Semua hukum yang susah payah dirumuskan oleh negara-negara Barat untuk menghindari ekses negatif dari minuman keras hanya teori usang. Cukup sebuah ayat dalam Al-Qur'an, maka kami pun menjauh darinya. Inilah bukti ketundukan kami.

Mengapa kalian bingung menyaksikan kami shalat lima waktu setiap harinya? Justru kamilah yang bingung melihat kalian begitu jarang meluangkan waktu untuk Tuhan. Anda pikir shalat itu mempersulit hidup kami? Demi Allah, kami tidak membasuh kepala kami dengan wudhu dan tersungkur dalam sujud kecuali untuk mendapatkan manisnya iman. Kami paham jika Anda tidak mengerti. Rasa manis hanya dipahami oleh mereka yang memiliki lidah. Iman hanya dimengerti oleh mereka yang bersedia untuk tunduk.

Kalian yang tidak memahami lezatnya iman tidak akan mengerti tujuan hidup kami. Kami hidup hanya untuk mati. Semua manusia begitu, tapi sedikit yang mau mengakuinya. Kenyataannya semua manusia akan mati. Bedanya, kami memiliki tujuan yang pasti, dan kami yakin pada petunjuk arah yang terpampang di depan mata. Kami tidak takut mati, karena mati itu keniscayaan. Tidak ada bedanya mati sekarang atau tahun depan. Yang menjadikannya beda hanyalah caranya. Kami adalah kaum yang akan maju berdesak-desakan ketika pintu menuju syahid terbuka.

Anda tidak paham? Tentu saja, karena Anda tidak memiliki kerinduan kepada akhirat.

Siapa pun boleh menyangkal, tapi kebenaran adalah kebenaran. Kami hanya menyuarakan kebenaran, dan kebenaran itu lincah seperti air. Jika terhalang batu, ia akan mengambil jalan lain. Jika dibendung, ia akan berkumpul hingga cukup banyak dan akhirnya melimpah dari dinding yang menghadang. Jika Anda berusaha memenjarakan kebenaran yang terus mengalir dalam suatu wadah, maka niscaya kebenaran itu akan menekan ke segala arah, dan semua dinding pun akan runtuh.

Anda bisa menghina Rasul kami dengan berbagai gambar yang tak pantas, tapi semuanya hanya akan berakhir mengenaskan bagi para penghujat. Di negeri penghujat Rasulullah saw. itu, lima ribu eksemplar Al-Qur'an telah terjual dalam lima bulan saja. Anda bisa menyebarkan kabar bohong apa pun tentang kami, namun hal itu hanya akan mendorong semua orang untuk mengenal kami lebih jauh. Ini adalah kabar buruk bagi kalian, karena siapa pun yang mempelajari Islam dengan baik niscaya hatinya akan tersentuh. Teruskanlah makar ini, dan kami akan tetap menjadi pemenangnya!

Anda bisa mengajak semua orang untuk memerangi kami, namun kebenaran akan sampai juga pada telinga-telinga yang tetap terbuka. Kalian bisa membumihanguskan negeri-negeri kami, namun Islam akan sampai juga di negeri kalian. Cepat atau lambat, negeri kalian akan menerima Islam dengan tangan terbuka, karena kebenaran akan selalu menyentuh hati manusia yang cenderung pada kelembutan.

Kami ini Muslim. Kamilah yang akan memenangkan pertarungan, jika memang Anda bersikeras untuk bertarung. Tapi jangan khawatir, karena kami tidak merasa perlu memaksa Anda masuk ke dalam barisan kami. Cukuplah dengan menjadi teman yang baik, dan semuanya akan baik-baik saja. Allah SWT tidak melarang kami berteman dengan siapa pun yang tidak memerangi kami. Kepada semuanya, kami sampaikan salam hangat persahabatan : bukalah pintu hati kalian untuk kebenaran, dan ia akan datang dengan berbagai cara yang belum pernah kalian bayangkan sebelumnya.

Kami adalah tangan-tangan yang saling berpegangan dan saling menjaga satu sama lainnya. Kami adalah dahaga yang saling mendahulukan. Kami adalah tubuh-tubuh yang saling menyelamatkan. Kami adalah lidah-lidah yang saling menghibur dan hati yang saling mencemaskan.

Kami adalah Muslim. Kami akan menang.

24 Agustus 2009

Karena Foto2ku,,

"Rhen, lo narsis bgt sih!" beberapa sobat2ku bilang seperti itu ke aku,, Hehe,, tapi aku juga bingung kasih jawaban ke mereka gimana,, Abis udah dari sananya sih aku kaya gini :p
Gag tau juga deh bawaannya kalo aku dah liat kamera maunya bergaya ajah,, Kalo kata nyokap sih bakat suka foto2 ku tuh dah dr kecil,, Hoho ^^, katanya waktu TK aja foto2nya didominasi olehku semua,, Hahaha.. Kalo kata nyokap lagi nih, aku tuh orangnya pemberani, jadi pasti bilang ke orang yg bawa kamera "Ibu, ibu, aku mau ya di foto" terus kata nyokap lagi dan mulailah aku dengan gayaku,, Dan info yg paling penting adalah ternyata dulu bokap waktu muda fotonya seabreg juga,, Gubrakkk!!! "berarti gue keturunan bokap donk yg hobi foto??" Kalo liat album foto bokap waktu msh muda suka ketawa sendiri, ternyata nurun ke aku.. Jiakakak :DDD kalo dibayangin lucu juga iaa, orang model aku (model elo?? emg apa??) ternyata banci foto..


Hmmm ada ya seseorang yg menegurku karena foto2 ku dengan sms kaya gini
"Apus2in aja deh foto2 lo, entah kenapa gue sih agag males klo ada akhwat pd mejeng di fb, di dunia nyata pd sok jaga hijab tp di dunia maya malah di umbar2" terus ada lagi nih "foto lo pas demo palestina jg di pasang, kesannya jadi riya' tau Biar Allah aja deh yg nilai sapa kita" (padahal tu foto bareng2, dia bilang gue doank,, hmm dasar!!).. terus aku jawab aja "ie gue tau, tapi itu ude gue diskusiin ma seorang ikhwan, katanya kalo kegiatan2 gapapa di pajang, biar menunjukan semangat en menimbulkan ghiroh bagi yg melihat" (gila bgt nh org, sebenernya gue esmosi tuh, tapi gue tahan tahan tahan,, huft.. bisa juga nahan esmosi,,) eh terus dibales lg ma dia "Terserah lo dah.. Ghiroh?? yg ada malah jd riya' krn lo merasa bangga pernah bikin acara ini itu.. Foto kegiatan sih boleh tp gag usah ada akhwat mejeng bisa kan? gag pke foto narsis segala bisa kan? dah ikut workshop fotografi kn? tau bedanya pose alami en pose ekspresi kan? klo gue sih pantang pajang what i've done".. Terus aku diemin aja dari pada esmosi, eh dia bales lagih tambah parah balesannya "Tujuan lo pake jilbab lebar apaan?? biar jaga hijab kan? Percuma aja kalo syuro pd pke hijab tinggi bgt en kalo jalan pd nunduk kaya nyari duit jatoh"
(Jilbab gue gag lebar2 amat deh kayanya,, en gue klo jalan kayanya juga gag pke nunduk2 segala,, rajin amat nunduk2)


Tujuan ku berhijab ya agar makin bertaqwa lah..
“Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya….” ( QS. An-Nur: 31)
En biar terkenal, jiakakak ngga deng, mksdny agar mudah membedakan wanita muslim dan nonmuslim..
QS. Al Ahzab : 59
yang artinya :“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Dan menurutku gag usahlah bawa2 hijab dalam masalah ini, karena hijab merupakan hal sensitif bagi seorang muslimah, lagi2 aku teringat dengan kata2 ini
"Bahwa JILBAB itu hal yg baik sedangkan tindakanku yg khilaf adalah hal yg buruk"
Yang harus ku buang jauh2 adalah hal yang buruk bukan yang baik!!! Lagi pula setiap manusia berproses, tak mungkin bisa menjadi baik seluruhnya..


Kalo menurutku foto itu adalah sebuah kenang2an yg gag akan mungkin bisa ke ulang lagi masanya.. Makanya aku gag akan melewatkan masa itu utk berfoto2 apalagi kalau momennya itu memungkinkan dan bagus.. Dan satu hal aku lebig tertarik di foto dari pada memoto.. xixixixiii :p
Sebenarnya iiaa aku tuh gag dibesarkan di lingkungan fotografi. Fotografi adalah hal yang amat sangat baru buat diriku. Termasuk segala istilah dan "aturan2" yang ada di dalamnya. He2.. Aku juga sadar foto2ku byk yg hanya sekedar numpang mejeng atau narsis2an,, Tapi buatku itu semua gag ada salahnya.. Photography adalah buat saya sendiri.. Bagus tidaknya foto yang menentukan adalah saya sendiri.. Dan aku rasa filosofi seperti ini gag ada salahnya..


Sebuah foto juga tidak hanya selalu punya unsur enak dilihat. Namun ada juga unsur lain seperti cerita terkandung di dalamnya,, Hal-hal seperti itu jauh belum aku sentuh (apalagi aku kan bukan photographer). Seperti POI (point of interest).. POI sendiri itu bisa diartikan sebagai sesuatu yang ingin diperlihatkan dan ditonjolkan dalam foto, bisa berupa suatu atau beberapa objek, atau justru keseluruhan frame.
Pada dasarnya, foto akan 'aman' dan enak dilihat jika mengikuti prinsip dasar tentang komposisi tersebut dan jelas POInya. Tapi...kembali lagi, itu teori menurut ku (jiahaha ngatak bgt sih gue iaa). Tidak semua harus sesuai dan mengikuti teori itu.


Jujur aku bukan orang yang belajar seni atau fotografi secara serius apalagi jurusan ku diperkuliahan bukan desain melainkan tekniknya. Tapi aku sangat tertarik dgn semua hal yang ada di dalamnya. Tapi intinya menurut ku semua itu teori.. Untuk membuat suatu foto yang bercerita, ataupun enak dilihat, aturan tidak selamanya mutlak.. termasuk pertanyaan "
dimana POInya?" jika foto itu cukup membuat kita terkesan, atau kita dapat menangkap suatu cerita darinya, itulah arti dari foto tersebut, tidak harus diubek2 mana POInya...


Aku cuma mengharapkan fotografi jadi milik semua kalangan baik dari segala gender, usia maupun status sosial..
Supaya fotografi nantinyA bisa 'ngomong' dan dilihat oleh anak cucu dan penerus2 kita.. apalagi buat kita yg kader2 dakwah, semoga bisa memotivasi penerus2 kita (memotivasi lho tujuannya, bukan riya'). makanya aku minta tolong kalau ada yang salah dengan foto2ku tolong sampaikan kepadaku dengan bahasa yg ahsan dan agak sabar iaa kalau menegurku (maklum u know lhaa gue kan orgnya ngatak abis!!),,

terakhir dariku..
salam fotografi ^^,

23 Agustus 2009

Lebih Baik Keluar Dari Jamaah

Bagikan
Hari ini jam 13:31
Sebuah tulisan yang bagus dan semoga bermanfaat buat antum semuanya

"Akh,
dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan
rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat
ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang
mad'u kepada seorang murobbinya di suatu malam. Sang murobbi hanya
terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya.

"lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu ? "
sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja,
keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah
yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana
geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila
begini terus, Ana mendingan sendiri saja." Jawab mad'u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman
di wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu
memang sudah diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum
naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah
sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos
bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan
untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang murobbi dengan kiasan
bermakna dalam. Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya
mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. "
Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?".
Sang murobi mencoba memberi opsi. "Bila antum terjun ke laut, sesaat
antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasa
kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba . tapi
itu hanya sesaat.

Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan?. Bagaimana bila
ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam
datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan
dihamparkan dihadapan sang mad'u. Tak ayal, sang mad'u menangis
tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian.
Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati justru
tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

"Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang
paling utama menuju ridho Allah? " Bagaimana bila ternyata mobil yang
antum kendarai dalam menempuh
jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil
itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya? . Tanya sang
murobbi lagi.

Sang mad'u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya.
Tiba-tiba ia mengangkattangannya:"Cukup akhi, cukup. Ana sadar..
maafkan Ana.. ana akan tetap Istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk
mendapatkan medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana
diperhatikan. " .

Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana
tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan
membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala
kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana". Sang mad'u
berazzam dihadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya.

Sang murobbi tersenyum "Akhi, jama'ah ini adalah jamaah manusia. Mereka
adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik
kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki . Mereka
adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah
untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia
terbaik pilihan Allah." "Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan
mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah
ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah
kesalahan mereka dimata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap
dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik
dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah
jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi
dengan jalan itu , maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan
baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang
hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah
kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita
adalah da'i. kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh
Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya
mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.

"Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara
yang tadinya kecil.tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang
yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!" "Bekerjalah dengan
ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang
kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena
peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada isyu atau gosip
tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum
terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak
hina menemui kemuliaannya. "

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraaan melebar
dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang
mad'u bergegas mengambil wudhu untuk berqiyamu lail. Malam itu. Sang
mad'u sibuk membangunkan mad'u yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu
sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar
bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya.
Demikian yang kami harapkan dari antum sekalian.

Semoga bermanfaat


sumber: http://haroqi.multiply.com/journal/item/607/Lebih_baik_Keluar_dari_Jamaah?replies_read=2

20 Agustus 2009

Nasi sudah jadi bubur

Hmmm kalo liat foto itu jadi inget waktu SMA aku ingin sekali menjadi mahasiswa,, Tapi setelah jadi mahasiswa malah ingin kembali jadi SMA!!

Hmmm rhen2 km tuh!! Hee ^^,,


Hmm waktu itu (waktu aku msh SMA) targetku nanti kalau jadi mahasiswa adalah aku bisa masuk di organisasi mahasiswa seperti BEM atau KAMMI,, Sampe aku tuh buat target dan bilang2 sama temen sekelasku tentang semua target2ku di masa kuliah,, Kalo masuk LDK mah dah pasti (jiah! Pede bgt loh!)..


Waktu SMA,, aku sangat aktif dalam pergerakan,, bahkan sering bgt ikut aksi sana sini,, amanah buanyak bgt,, dr rohislah, remaja masjidlah, DPRa lah, krang taruna lah, SLDP, ikut2an kapmi,, tapi kok pas jadi mahasiswa malah gag ada semua,, Podo kemana tho??


Hmmm bahkan aku juga pernah ngambek sama Allah (hee,, maafin aku ya Ya Allah,, jd malu) knp Allah menakdirkan aku untuk kuliah di tempatku sekarang,, Kadang aku berfikir seperti itu,, “Kenapa sih Allah kok ngasih aku kuliah disini, emg gag ada yg lebih baik iiaa??” padahal kata sobat2ku yg akhwat, mereka juga khawatir dari pertama kali ketika aku memutuskan untuk kuliah di Trisakti / Binus,, ya mreka pasti tau akan kondisi dakwah disana..


Yaa tp emg daku nya aja yg ngatak!! Dulu malah aku mau ambil kuliah di IKJ ambil desain interior,, Tapi pas c bundaku k sana,, beliau liat sesuatu yg gag wajar dikalangan mahasiswa,, Langsung aku di babat habis “enggaaaak rheeeeen jangaaaaaan di situuuuuuu,, ngeriiii!” gituh tuh kata c bunda saiiang.. Ya udah akhirnya aku bingung dan sempet tuh mampir ke UNJ ke FIP udah nanya2 cara bayar ini itu (ceritanya dulu mau ngambil Teknologi Pendidikan, yg rada kerenan dikit gtuh),, eh tapi aku masih setengah hati,, Masih ngotot maunya pokoknya di Binus atau Trisakti (sambil manyun dikit..)


Akhirnya keputusan final orang tuaku setuju diriku kuliah di Trisakti,, Pada saat itu aku teriak girang dalam hati, akhirnya kampus yg ku puja2 selama SMA bisa ku masuki (meskipun sebenernya Binus lbh keren),, Dan lagi2 aku fikir aku disetujuin di Univ nya,, eh gag taunya malah di sekolah tingginya,, Kata mereka biar nanti aku gag capek, jadi tinggal di rumah om en pulang seminggu sekali,, Yah tak apalah kupikir univ dan sekolah tinggi gag ada beda, sama2 Trisakti,, Tapi lagi2 aku salah,, ternyata beda lhoo,,

Hmmmp @_@.. Kalo univ itu berdiri sendiri dan kalo sekolah tinggi dibawah naungan yayasan,, tapi tak apalah kataku,,


Hmmm tp setelah aku masuk dan mbayar uang muka lalu diwawancarai dan ikut briefing PK2MB >>semacem ospek gtuh lah, gue lupa kepanjangannya,, Huwaaa ^o^ aku sedikit terkejut histeris,, Dlam hati sll berkata “kok begini sih, kok begtu sih” tp yaa aku mah msh huznuzhon aja deh :D

Tapi kalau sekarang aku sudah sedikit lebih fahim kondisi kampusku,, Jadi yaa woles aja deh,, hoho ^^,,


Hmmm sempet juga ba’da ospek (meskipun gue gag ikut ospek, tp denger2 cerita dr temen ospeknya ‘ngeri bgt’, disamping itu tmn ku yg ikhwan akhirnya dia memutuskan utk pindah dikarenakan ia tdk mau memakai pakaian wanita saat ospek, subhanallah yaa, dan si ikhwan itu duluny jg pernah terjerat narkoba, makanya dia memutuskan utk keluar dr sana) aku ingin pindah ke UNJ ambil IT (krn aku bru tau ternyata di UNJ ada jg jurusan IT) tapi aku gag tega liat sang bapak yg sudah membayar uang masuk utk ku kuliah meskipun cuma 7 juta,, Akhirnya aku paksakan diriku disana dgn Basmallah,,


Beberapa bulan disana rasanya tdk mbuatku nyaman, yg ada dibenakku hanya aku ingin UNJ jd kampusku aku ingin UNJ jd kampusku,, Tapi aku paksakan diriku disana..

Dan alhamdulillah keberadaanku disana sedikit dpt diterima meskipun dg gaya ku yg rada aneh sendiri (u know lhaa jilbab gue dulu diatas lutut, klo sekarang di atas pinggang, hehe ngga deng, gue sh flexibel aja,,) Aku sangat senang keberadaanku di kampus sangat bermanfaat utk bbrp kegiatan bahkan sering kali mempercayakan diriku sbg ketua atau org kepercayaan pihak2 kampus,, Berjalan waktu aku tetap saja lbh condong ke teman2ku yg di kampus lain,, Mereka sudah byk memegang jabatan strategis dalam organisasi yg membuatku cemburu dan iri,, Aku kadang mengeluh “Aku mau seperti sobatku si A yg aksi bisa ‘seenaknya’ dia, aku mau seperti sobatku yg B yg perjalanan dakwah di kampusnya begitu indah, teman2 yg begitu religius dan pintar serta cerdas dalam beretorika” dll tentunya,,


Tapi ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur, tugasku sekarang adalah menghabiskannya tapi sebelum bubur itu ku habiskan aku ingin menambahkannya dgn ayam, kacang, kupuk, dan sambal, agar terasa lezat,, Aku tak ingin larut dalam penyesalanku,, Yang aku percaya ini adalah takdir hidupku,, Bertemu dgn sobat2 di kampusku juga merupakan pelajaran terindah dari Allah,, Dimana aku disana belajar bagaimana menghargai org lain, bgmna mengahargai agama lain, bgmn menghargai hasil karya org lain,, dan yg paling terpenting adalah bagaimana aku bersikap sebagai mahasiswa dan organisator,,